Rabu, 11 April 2012

Potensi Politik Uang di Pilkada DKI


Jakarta (Koran Kobar)- Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menilai politik uang berpotensi terjadi pada pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta sehingga Komisi Pemilihan Umum dan Panitia Pengawas Pemilu harus melakukan pengawasan untuk mengantisipasi hal itu.
“Di setiap Pilkada, permainan politik uang selalu terjadi. Termasuk, dalam pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta ini,” kata peneliti dari Perludem, Veri Junaidi, di Jakarta, Rabu 11 April 2012.
Bahkan, lanjut dia, jual beli suara dapat dilakukan secara eceran dan grosiran. Jika peserta pemilu tidak memiliki saksi yang kuat, maka peluang kecurangan ini dapat terjadi bahkan hingga ke tingkat Panitia Pemungutan Suara (PPS).
Oleh karena itu, dirinya berharap agar KPUD dan Panwaslu dapat merapatkan barisan agar kecurangan-kecurangan dalam Pilkada dapat dihindari. “Saya pikir harus diantisipasi semua peserta Pilkada. KPUD harus merapatkan barisan dan berkoordinasi dengan PPS dan PPK,” katanya.
Tak hanya itu, tambah dia, baik parpol dan para kandidat perlu juga menyiapkan saksi yang solid untuk mengantisipasi politik uang dengan melakukan jual beli suara.
Menurut dia, para kandidat yang menjadi calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta merupakan kandidat yang sangat kuat, terlebih Fauzi Bowo (incumbent) kembali mencalonkan diri. “Karena pertarungan yang sangat kuat, maka bisa terjadi gesekan-gesekan. Kalau tidak ada pengawasan, maka akan terjadi politik uang,” katanya.
Bahkan, pasangan ‘incumbent’ bisa saja menggunakan dana APBD untuk melancarkan proses pemenangan Pilkada DKI Jakarta. “Penggunaan dana APBD oleh ‘incumbent’ ini seringkali terjadi dalam pelaksanaan Pilkada. ‘Incumbent’ melalui kekuasaannya menggunakan infrastruktur birokrasi, bahkan sampai tingkat RT agar menang dalam Pilkada,” katanya.
Pilkada DKI Jakarta yang diselenggarakan pada Juli 2012 nanti diikuti enam pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, yakni pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang diusung oleh Partai Demokrat; pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono diusung oleh Partai Golkar, PPP dan PDS; pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang diusung oleh PDIP dan Partai Gerindra; dan pasangan Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini diusung oleh PKS.
Sementara dua pasangan lainnya, yakni Faisal Basri-Biem Benjamin dan Hendardji Soepandji-Riza Patria merupakan calon independen atau non partai. (Latip)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar